Ummu Al-Lathiifah menyapa

Kamis, 21 Juli 2011

Sebuah Keluarga Yang Merindukan Syurga (Kisah Abu Qudamah Dan Pemuda)


Abu Qudamah dahulu dikenal sebagai orang yang hatinya dipenuhi kecintaan akan jihad fi sabilillah. Tidak pernah dia mendengar akan jihad fi sabilillah, atau adanya perang antara kaum muslimin dengan orang kafir, kecuali dia selalu ikut serta berjuang di pihak kaum muslimin.

Suatu ketika sedang  ia duduk-duduk di Masjidil Haram, ada seseorang yang menghampirinya seraya berkata: "Hai Abu Qudamah, anda adalah orang yang gemar berjihad di jalan Allah, maka ceritakanlah peristiwa paling ajaib yang pernah kau alami dalam berjihad."

"Baiklah, aku akan menceritakannya bagi kalian," kata Abu Qudamah.

"Suatu ketika aku berangkat bersama beberapa sahabatku untuk memerangi kaum Salibis di beberapa pos kawalan dekat sempadan. Dalam perjalanan itu aku melalui kota Raqqah (sebuah kota di Iraq, dekat sungai Eufrat). Di sana aku membeli seekor unta yang akan kugunakan untuk membawa persenjataanku. Di samping itu aku mengajak warga kota melalui masjid-masjid, untuk ikut serta dalam jihad dan berinfaq fi sabilillah.

Menjelang malamnya, ada orang yang mengetuk pintu. Tatkala kubukakan, ternyata ada seorang wanita yang menutupi  wajahnya dengan pakaiannya.

"Apa yang anda inginkan?" tanyaku.
"Andakah yang bernama Abu Qudamah?" katanya balik bertanya.
"Benar," jawabku.
"Andakah yang hari ini mengumpulkan dana untuk membantu jihad di perbatasan?" tanyanya kembali.
"Ya, benar," jawabku.

Maka wanita itu menyerahkan secarik kertas dan sebuah bungkusan terikat, kemudian berpaling sambil menangis.
Pada kertas itu tertulis, "Anda mengajak kami untuk ikut berjihad, namun aku tidak sanggup untuk itu. Maka kupotong dua pintal rambut kesayanganku (1)­­ agar anda jadikan sebagai tali kuda Anda. Kuharap bila Allah melihatnya pada kuda Anda dalam jihad, Dia mengampuni dosaku kerananya."

"Demi Allah, aku kagum atas semangat dan kegigihannya untuk ikut berjihad, demikian pula dengan kerinduannya untuk mendapat ampunan Allah dan Syurga-Nya," kata Abu Qudamah.

Keesokan harinya, aku bersama sahabatku berangkat meninggalkan Raqqah.
Tatkala kami tiba dimedan Maslamah bin Abdul Malik, tiba-tiba dari belakang ada seseorang penunggang kuda yang memanggil-manggil,

"Hai Abu Qudamah.. Hai Abu Qudamah.. tunggulah sebentar, semoga Allah merahmatimu," laung orang itu.

"Kalian berangkat dahulu, biar aku yang mencari siapa orang ini," perintahku kepada para sahabatku.

Ketika aku hendak menyapanya, orang itu mendahuluiku dan mengatakan, "Segala puji bagi Allah yang mengizinkanku untuk ikut bersamamu, dan tidak menolak penyertaanku."

"Apa yang kau inginkan?" tanyaku.
"Aku ingin ikut bersamamu memerangi orang-orang kafir," jawabnya.

"Perlihatkan wajahmu, aku ingin lihat, kalau engkau memang cukup dewasa dan wajib berjihad, akan aku terima. Namun jika masih kecil dan tidak wajib berjihad, terpaksa kutolak." kataku.
Ketika ia menyingkap wajahnya, tampaklah olehku wajah yang putih bersinar bak bulan purnama. Ternyata ia masih muda belia, dan umurnya baru 17 tahun.

"Wahai anakku, apakah kamu memiliki ayah?" tanyaku.
"Ayah terbunuh di tangan kaum Salibis dan aku ingin ikut bersamamu untuk memerangi orang-orang yang membunuh ayahku," jawabnya.

Bagaimana dengan ibumu, masih hidupkah dia?" tanyaku lagi.
"Ya," jawabnya.
"Kembalilah ke ibumu dan jagalah ia baik-baik, kerana syurga ada di bawah telapak kakinya," pintaku kepadanya.

"Kau tidak kenal ibuku?" tanyanya
"Tidak," jawabku.
"Ibuku ialah pemilik amanah itu," katanya.
"Amanah yang mana," tanyaku
"Dialah yang mengamanahkan tali kuda itu," jawabnya.
"Tali kuda yang mana?" tanyaku kehairanan.

"Subhanallah..!! Alangkah pelupanya Anda ini, tidak ingatkah Anda dengan wanita yang datang  malam tadi menyerahkan seutas tali kuda dan bingkisan?"
"Ya , aku ingat," jawabku.

"Dialah ibuku! Dia menyuruhku untuk berjihad bersamamu dan mengambil sumpah dariku supaya aku tidak kembali lagi," katanya.
"Ibuku berkata, "Wahai anakku, jika kamu telah berhadapan dengan musuh, maka janganlah kamu melarikan diri. Persembahkanlah jiwamu untuk Allah.
Mintalah kedudukan di sisi-Nya, dan mintalah agar engkau ditempatkan bersama ayah dan bapa saudaramu di Jannah. Jika Allah mengurniaimu mati syahid, maka mintalah syafa'at bagiku."

Kemudian ibu memelukku, lalu mendongakkan kepalanya ke langit seraya berkata, "Ya Allah.. Ya Ilahi.. inilah puteraku, buah hati dan belahan jiwaku, kupersembahkan dia untukmu, maka dekatkanlah dia dengan ayahnya."
"Aku benar-benar takjub dengan anak ini," kata Abu Qudamah, lalu anak itupun segera merayu, "Kerananya, kumohon atas nama Allah, janganlah engkau halangi aku untuk berjihad bersamamu. InsyaaAllah akulah asy-syahid putra asy-syahid. Aku telah hafal al-Qur'an. Aku juga pandai menunggang kuda dan memanah. Maka janganlah meremehkanku hanya karena usiaku yang masih muda," kata anak itu memelas.

Setelah mendengar permintaannya aku tidak upaya melarangnya, maka kusertakanlah ia bersamaku.

Demi Allah, ternyata tidak pernah kulihat orang yang lebih cekap darinya. Ketika pasukan bergerak, dialah yang tercepat ketika kami singgah untuk beristirahat, dialah yang paling sibuk menguruskan kami, sedang lidahnya tidak pernah berhenti dari dzikrullah sama sekali.

Kemudian kamipun singgah di suatu tempat dekat pos sempadan. Semasa itu matahari hampir tenggelam dan kami dalam keadaan berpuasa. Maka ketika kami hendak menyiapkan hidangan untuk berbuka dan makan malam, pemuda  itu bersumpah atas nama Allah bahawa ialah yang akan menyiapkannya.
Tentu saja kami melarangnya kerana ia baru saja keletihan kerana perjalanan yanh jauh tadi.

Akan tetapi pemuda itu berkeras untuk menyiapkan hidangan bagi kami.
Maka ketika kami beristirahat di suatu tempat, kami katakan kepadanya, "Jauhkan sedikit agar asap kayu apimu tidak mengganggu kami."

Maka pemuda itupun mengambil tempat yang agak jauh dari kami untuk memasak. Akan tetapi ia itu tidak kunjung tiba. Mereka merasa bahawa ia agak terlambat menyiapkan hidangan mereka.

"Hai Abu Qudamah, tengoklah pemuda itu. Ia telah terlalu lama memasak.
Apa dah jadi dengannya?" pinta seseorang kepadaku. Lalu aku bergegas menemuinya, maka kudapati pemuda itu telah menyalakan api unggun dan memasak sesuatu di atasnya. Tetapi kerana terlalu letih, iapun tertidur sambil menyandarkan kepalanya pada sebuah batu.

Melihat keadaanya yang seperti itu, sungguh demi Allah aku tidak sampai hati mengganggu tidurnya, namun aku juga tidak mungkin kembali kepada sahabat-sahabatku dengan tangan hampa, kerana sampai sekarang kami belum memakan apa-apa.

Akhirnya kuputuskan untuk menyiapkan makanan itu sendiri. Akupun mula menyediakan masakan, sambil memasak, sesekali aku memandang pemuda itu. Suatu ketika terlihat olehku bahawa anak muda itu tersenyum. Lalu perlahan-lahan senyumnya makin melebar dan mulailah ia tertawa kegirangan.

Aku merasa takjub melihat tingkah lakunya itu, kemudian ia tersentak dari mimpinya dan terbangun.
Ketika melihatku menyiapkan masakan sendirian, ia nampak gugup dan terburu-buru mengatakan, "Pak cik, maafkan aku, nampaknya aku terlambat menyiapkan makanan bagi kalian."

"Ah tidak, sebenarnya kamu tidak terlambat ," jawabku.
"Sudah, tinggalkan saja masakan ini, biar aku yang menyiapkannya, aku adalah pelayan kalian selama jihad," kata  pemuda itu.

"Tidak," sahutku, "Demi Allah, engkau tidak kuizinkan menyiapkan apa-apa bagi kami sampai engkau menceritakan kepadaku apa yang membuatmu tertawa sewaktu tidur tadi? Keadaanmu sungguh menghairankan," ujarku.
"Pak cik, itu cuma mimpi yang kulihat sewaktu tidur," kata pemuda itu.
"Mimpi apa yang engkau lihat?" tanyaku.

"Sudahlah, tidak usah bertanya tentangnya. Ini masalah pribadi antara aku dengan Allah," sahut pemuda itu.
"Tidak boleh "Mimpi apa yang engkau lihat?" tanyaku.

"Sudahlah, tidak usah bertanya tentangnya. Ini masalah pribadi antara aku dengan Allah," sahut pemuda itu.
"Tidak boleh, kumohon atas nama Allah agar kamu menceritakannya," kataku.

"Pak cik, dalam mimpi tadi aku melihat seakan aku berada di Jannah, kudapati Jannah itu dalam segala keindahan dan keanggunannya, sebagaimana yang Allah ceritakan dalam al-Qur'an.

Ketika aku berjalan-jalan di dalamnya dengan rasa kagum, tiba-tiba terlihat olehku sebuah istana megah yang berkilauan, dindingnya dari emas dan perak, tiangnya dari mutiara dan batu permata, dan gerbangnya dari emas.

Di tiang itu ada kerai-kerai yang terjuntai, lalu perlahan kerai itu tersingkap dan nampaklah gadis-gadis remaja yang cantik jelita, wajah mereka bersinar bak rembulan."

Kutatap wajah-wajah cantik itu dengan penuh kekaguman, sungguh, kecantikan yang luar biasa, kelu lidahku, lalu muncullah seorang gadis lain yang lebih cantik dari mereka, dengan telunjuknya ia memberi isyarat kepada gadis yang ada di sampingnya seraya mengatakan, "Inilah (calon) suami al-Mardhiyyah.. ya, dialah calon suaminya.. benar, dialah  orangnya!"

Aku tidak faham siapa itu al-Mardhiyyah, maka aku bertanya kepadanya, "Kamukah al-Mardhiyyah..?"
"Aku hanyalah satu di antara dayang-dayang al-Mardhiyyah.." katanya.
"Anda ingin bertemu dengan al-Mardhiyyah..?" tanya gadis itu.
"Kemarilah.. masuklah ke sini, semoga Allah merahmatimu," serunya.

Tiba-tiba kulihat diatasnya ada sebuah bilik dari emas merah.. dalam bilik itu ada tilam yang bertahtakan permata hijau dan kaki-kakinya terbuat dari perak putih yang berkilauan.
Dan di atasnya.. seorang gadis remaja dengan wajah bersinar laksana surya!! Kalaulah Allah tidak memantapkan hati dan penglihatanku, niscaya butalah mataku dan hilanglah akalku kerana tidak kuasa menatap kecantikannya..!!!
Tatkala ia menatapku, ia menyambutku seraya berkata, "Selamat datang, hai Wali Allah dan Kekasih-Nya. Aku diciptakan untukmu, dan engkau adalah milikku."

Mendengar suara merdu itu, aku berusaha mendekatinya dan menyentuhnya..
namun sebelum tanganku sampai kepadanya, ia berkata, "Wahai kekasihku dan tambatan hatiku.. semoga Allah menjauhkanmu dari segala kekejian.. urusanmu di dunia masih tersisa sedikit.. InsyaaAllah besok kita akan bertemu selepas Ashar."
Akupun tersenyum dan senang mendengarnya."

Abu Qudamah melanjutkan, "Selesai mendengar cerita si pemuda yang indah tadi, aku berkata kepadanya, "InsyaaAllah mimpimu merupakan pertanda baik."

Lalu kamipun makan hidangan tadi bersama-sama, kemudian meneruskan perjalanan kami menuju pos perbatasan.


**************************************************************************
catatatan :

1. Ibnul Jauzi dalam syarahnya mengatakan, "Wanita ini niatnya baik, namun caranya keliru kerana ia tidak tahu bahawa perbuatannya itu - yakni memotong ikatan rambutrnya - terlarang, kerananya dalam hal ini kita hanya mengikuti niatnya saja."

**************************************************************************

Setibanya di pos perbatasan kami menurunkan semua muatan dan bermalam di sana. Keesokan harinya setelah menunaikan sholat fajar, kita bergerak ke medan pertempuran untuk menghadapi musuh.

Panglima (Comandant) bangun untuk mengatur barisan. Ia membaca permulaan Surat al-Anfaal. Ia mengingatkan kami akan besarnya pahala jihad fi sabilillah dan mati syahid, sambil terus mengobarkan semangat jihad kaum muslimin.

Abu Qudamah menceritakan, "Tatkala kuperhatikan orang-orang di sekitarku, kudapati masing-masing dari mereka mengumpulkan anak buahnya di kelilingnya. Adapun si pemuda, ia tidak punya ayah yang memanggilnya, atau bapa saudara yang mengajaknya, dan tidak pula saudara yang mendampinginya.

Akupun terus mengikuti dan memperhatikan gerak-geriknya, lalu terlihatlah olehku bahawa ia berada di barisan terdepan. Maka segeralah kukejar dia, kusibak barisan demi barisan hingga sampai kepadanya, kemudian aku berkata, "Wahai anakku, apakah engkau ada pengalaman berperang..?"

"Tidak.. tidak pernah. Ini justru pertempuranku yang pertama kali melawan orang kafir," jawab pemuda itu.

"Wahai anakku, sesungguhnya perkara ini tidak semudah yang engkau bayangkan, ini adalah peperangan. Satu pertumpahan darah di tengah gemerincingnya pedang, ringkikan kuda, dan hujan panah.

Wahai anakku, sebaiknya engkau ambil tempat di belakang saja. Jika kita menang engkaupun ikut menang, namun jika kita kalah engkau tidak menjadi korban pertama," pintaku kepadanya.

Lalu dengan tatapan penuh kehairanan ia berkata," Pak cik, engkau berkata seperti itu kepadaku..!?"
"Ya, aku mengatakan seperti itu kepadamu," jawabku.

"Pak cik.. apa engkau menginginkanku jadi penghuni neraka..?" tanyanya.
"A'uudzubillaah!! Sungguh, bukan begitu.. kita semua tidak berada di medan jihad seperti ini kecuali kerana lari dari neraka dan memburu syurga," jawabku.

Lalu kata si pemuda, "Sesungguhnya Allah berfirman, "Hai orang-orang beriman, apabila kamu bertemu orang-orang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka(mundur). Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (strategi) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan lain, maka sesungguhnya orang itu kembali membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahanam. Dan amat buruklah tempat kembalinya itu."(QS. Al-Anfaal: 15-16)

"Adakah Pak cik menginginkan aku berpaling membelakangi mereka sehingga tempat kembaliku adalah neraka?" tanyanya.

Akupun hairan dengan kegigihannya dan sikapnya yang memegang teguh ayat tersebut. Kemudian aku berusaha menjelaskan, "Wahai anakku, ayat itu maksudnya bukan seperti yang engkau katakan." Namun tetap saja ia berkeras tidak mau berpindah ke belakang. Akupun menarik tangannya secara paksa, membawa ke akhir barisan. Namun ia justru menarik lengannya kembali seakan ingin melepaskan diri dari genggamanku. Lalu perangpun dimulai dan aku terhalang oleh pasukan berkuda darinya.

Dalam kancah pertempuran itu terdengarlah derap kaki kuda, diiringi gemerincing pedang dan hujan panah, lalu mulalah kepala-kepala berjatuhan satu-persatu. Bau hanyir darah tercium di mana-mana. Tangan dan kaki bergelimpangan. Dan tubuh-tubuh tidak bernyawa terbujur bermandi darah.

Demi Allah, perang itu telah menyibukkan setiap orang akan dirinya sendiri dan melupakan orang lain. Sebatan dan kilatan pedang di atas kepala yang tidak henti-hentinya, menjadikan suhu memuncak, seakan-akan ada tungku api yang menyala di atas kami.

Perangpun makin memuncak, kedua pasukan bertempur habis-habisan sampai matahari tergelincir dan masuk waktu zhuhur. Ketika itulah Allah berkenan menganugerahkan kemenangan bagi kaum muslimin, dan pasukan Salib lari tunggang-langgang.

Setelah mereka kalah dan berundur, aku berkumpul bersama beberapa orang sahabatku untuk menunaikan sholat zhuhur. Selepas sholat, mulailah masing-masing dari kami mencari sanak keluarganya di antara para korban perang.

Sedangkan si pemuda itu.. tidak ada seorangpun yang mencarinya atau menanyakan khabarnya. Maka kukatakan dalam hati, "Aku harus mencarinya dan mengetahui keadaannya, barangkali ia terbunuh, terluka atau jatuh dalam tawanan musuh?"

Akupun mulai mencarinya di tengah para korban, aku menoleh ke kanan dan kiri kalau-kalau ia terlihat olehku. Di masa itulah aku mendengar ada suara yang lemah di belakangku yang mengatakan, "Saudara-saudara.. tolong panggilkan pak cik ku Abu Qudamah kemari.. panggilkan Abu Qudamah kemari."

Aku menoleh kearah suara tadi, ternyata tubuh itu ialah tubuh si pemuda dan ternyata puluhan tombak telah menusuk tubuhnya. Ia terpijak oleh pasukan berkuda. Dari mulutnya keluar darah segar. Badannya terkoyak-koyak (luka) dan tulangnya patah teruk.

Ia terlantar seorang diri di tengah padang pasir. Maka aku segera bersimpuh di hadapannya dan berteriak sekuat tenagaku, "Akulah Abu Qudamah..!! Aku ada di sampingmu..!!"

"Segala puji bagi Allah yang masih menghidupkanku hingga aku dapat berwasiat kepadamu.. maka dengarlah baik-baik wasiatku ini.." kata pemuda itu.

Abu Qudamah mengatakan, sungguh demi Allah, tidak kuasa menahan tangisku. Aku teringat akan segala kebaikannya, sekaligus sedih akan ibunya yang tinggal di Raqqah. Tahun lalu ia dikejutkan dengan kematian suami dan saudara-saudaranya, lalu sekarang dikejutkan dengan kematian anaknya.

Aku menyingsingkan sebahagian kainku lalu mengusap darah yang menutupi wajah pucatnya itu. Ketika ia merasakan sentuhanku ia berkata, "Pak cik.. usaplah darahku dengan pakaianku, dan jangan engkau usap dengan pakaianmu."

Demi Allah, aku tidak kuasa menahan tangisku dan tidak tahu harus berkata apa. Sesaat kemudian, anak muda itu berkata dengan suara yang lemah, "Pak cik.. berjanjilah bahawa sepeninggalku nanti engkau akan kembali ke Raqqah, dan memberi khabar gembira bagi ibuku bahawa Allah telah menerima hadiahnya, dan bahawa anaknya telah gugur di jalan Allah dalam keadaan maju dan pantang berundur. Sampaikan pula kepadanya jikalau Allah menakdirkanku sebagai syuhada, akan kusampaikan salamnya untuk ayah dan baba saudaraku di jannah.

Pak cik.. aku khawatir kalau nanti ibu tidak mempercayai ucapanmu. Maka ambillah pakaianku yang berlumuran darah ini, kerana bila ibu melihatnya ia akan yakin bahawa aku telah terbunuh, dan insyaaAllah kami bertemu kembali di jannah.

Pak cik.. setibanya engkau di rumahku, akan engkau temui seorang gadis kecil berumur sembilan tahun. Ia adalah  adikku.. tidak pernah aku masuk rumah kecuali ia menyambutku dengan keceriaan, dan tidak pernah aku pergi kecuali diiringi isak tangis dan kesedihannya. Ia begitu terkejut ketika mendengar kematian ayah tahun lalu, dan sekarang ia akan terkejut mendengar kematianku.

Ketika melihatku mengenakan pakaian safar ia berkata dengan berat hati, "Abang.. jangan engkau tinggalkan kami lama-lama.. segeralah pulang.. !!"

Pak cik.. jika engkau bertemu dengannya maka hiburlah hatinya dengan kata-kata yang manis. Katakan kepadanya bahawa abangmu mengatakan, "Allah-lah yang akan menggantikanku mengurusmu."

Abu Qudamah melanjutkan, "Kemudian anak muda itu berusaha menguatkan dirinya, namun nafasnya mulai sesak dan kata-katanya tidak jelas. Ia berusaha kedua kalinya untuk menguatkan dirinya dan berkata,

"Pak cik.. demi Allah, mimpi itu benar.. mimpi itu sekarang menjadi kenyataan. Demi Allah, masa ini aku benar-benar sedang melihat al-Mardhiyyah dan mencium bau wanginya."

Lalu pemuda itu mulai sekarat, dahinya berpeluh, nafasnya tersekat-sekat dan kemudian wafat di pangkuanku."

Abu Qudamah berkata, "Maka kulepaskan pakaiannya yang berlumuran darah, lalu kuletakkan dalam sebuah bekas, kemudian kukebumikan dia. Selesai mengebumikannya, keinginan terbesarku ialah segera kembali ke Raqqah dan menyampaikan pesannya kepada ibunya.

Maka akupun kembali ke Raqqah. Aku tidak tahu siapa nama ibunya dan dimana rumah mereka.

Tatkala aku menyusuri jalan-jalan di Raqqah, terlihat olehku sebuah rumah. Di depan rumah itu ada gadis kecil berumur Sembilan tahun yang berdiri menunggu kedatangan seseorang. Ia melihat-lihat setiap orang yang lalu di depannya. Setiap kali melihat orang yang baru pulang dari bepergian ia bertanya, "Pak cik.. Anda datang dari mana?"

"Aku datang dari jihad," kata lelaki itu.
"Kalau begitu abangku ada bersamamu..?" tanyanya.
"Aku tidak kenal, siapa abangmu..?" kata lelaki itu sambil berlalu.

Lalu melintaslah orang kedua, dan tanyanya, "Akhi, Anda datang dari mana?"
"Aku datang dari jihad," jawabnya.
"Abangku ada bersamamu?" tanya gadis itu.
"Aku tidak kenal, siapa abangmu..?" kata lelaki itu sambil berlalu.

Lalu melintasalah orang ketiga, keempat, dan demikian seterusnya. Lalu setelah putus asa menanyakan saudaranya, gadis itu menangis sambil tertunduk dan berkata, "Mengapa mereka semua kembali tetapi abangku tidak kunjung kembali?"

Melihat ia seperti itu, akupun datang menghampirinya. Ketika ia melihat kesan-kesan safar padaku dan beg yang kubawa, ia bertanya, "Pak cik.. Anda datang dari mana?"
"Aku datang dari jihad," jawabku.
"Kalau begitu abangku ada bersamamu?" tanyanya.

"Dimanakah ibumu?" tanyaku.
"Ibu ada di dalam rumah," jawabnya.
"Sampaikan kepadanya agar ia keluar menemuiku," perintahku kepadanya.

Ketika perempuan tua itu keluar, ia menemuiku dengan wajah tertutup pakaiannya. Ketika aku mendengar suaranya dan ia mendengar suaraku, ia bertanya, "Hai Abu Qudamah, engkau datang hendak mengucapkan takziah atau memberi khabar gembira?"

Maka tanyaku, "Semoga Allah merahmatimu. Jelaskanlah kepadaku apa yang engkau maksud dengan ucap takziah dan khabar gembira itu?"

"Jika engkau hendak mengatakan bahawa anakku telah gugur di jalan Allah, dalam keadaan maju dan pantang  berundur bererti engkau datang membawa khabar gembira untukku, kerana Allah telah menerima hadiahku yang telah kusiapkan untuk-Nya sejak tujuh belas tahun silam.

Namun jika engkau hendak mengatakan bahawa anakku kembali dengan selamat dan membawa ghanimah, bererti engkau datang untuk bertakziah kepadaku, kerana Allah belum berkenan menerima hadiah yang kupersembahkan untuk-Nya," jelas si perempuan tua.

Maka ku katakan, "Kalau begitu aku datang membawa khabar gembira untukmu.
Sesungguhnya anakmu telah terbunuh fi sabilillah dalam keadaan maju dan pantang mundur. Ia bahkan masih menyisakan sedikit kebaikan, dan Allah berkenan untuk mengambil sebahagian darahnya hingga ia redha."

'Tidak!, kurasa engkau tidak berkata jujur," kata si ibu sambil memandang kepada bekas yang kubawa, sedang puterinya menatapku dengan tenang.

Maka ku keluarkanlah isi beg tersebut, kutunjukkan kepadanya pakaian puteranya yang berlumuran darah. Nampak serpihan wajah anaknya berjatuhan dari kain itu, diikuti titisan darah yang bercampur beberapa helai rambutnya.

"Bukankah ini adalah pakaiannya.. dan ini serbannya.. lalu ini seluarnya yang engkau kenakan kepada anakmu sewaktu berangkat berjihad..?" kataku.
 "Allaahu Akbar..!!" teriak si ibu kegirangan.

Adapun gadis kecil tadi, ia justru meraung seperti histeris lalu jatuh terkulai tidak sedarkan diri. Tidak lama kemudian ia mulai merintih, "Aakh..! aakh..!"

Si ibu merasa cemas, ia bergegas masuk kedalam mengambil air untuk puterinya, sedang aku duduk di samping kepalanya, menjiruskan air kepadanya.

Demi Allah, ia tidak sedang merintih.. ia tidak sedang memanggil-manggil abangnya. Akan tetapi ia sedang sekarat!! Nafasnya semakin berat.. dadanya kembang kempis.. Lalu perlahan rintihannya terhenti. Ya, gadis itu telah tiada.

Setelah puterinya tiada, ia mendakapnya lalu membawanya ke dalam rumah dan menutup pintu di hadapanku. Namun sayup-sayup terdengar suara dari dalam, "Ya Allah, aku telah merelakan kepergian suamiku, saudaraku, dan anakku di jalan-Mu. Ya Allah, kuharap Engkau meridhaiku dan mengumpulkanku bersama mereka di jannah-Mu."

Abu Qudamah berkata, "Maka kuketuk pintu rumahnya dengan harapan ia akan membukakan. Aku ingin memberinya sejumlah wang, atau menceritakan kepada orang-orang tentang kesabarannya sehingga kisahnya menjadi teladan. Akan tetapi sungguh, ia tidak membukanya untukku ataupun menjawab seruanku.

"Sungguh demi Allah, tidak pernah kualami kejadian yang lebih menakjubkan dari ini," kata Abu Qudamah  mengakhiri  kisahnya

Sumber: al-Musytaaquuna ilal Jannah

The Video Story of Abu Qudama by Bilal Assad
http://youtu.be/gRRGd2wYhhs

~AKU BUKAN PEREMPUAN ITU~


~AKU BUKAN PEREMPUAN ITU~
♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥
Aku seorang perempuan. Perempuan yang hidup dalam arus dunia moden. Penuh tipu daya andai tersilap langkah.. MERANA..
Aku perempuan yang benci akan penyakit cintakan dunia. Aku perempuan yang mahu cinta Allah meresapi seluruh jiwa! Tenggelam dalam cinta-Nya. Sungguh mengasyikkan.
Aku seorang wanita yang mahu tetap teguh pendirian. Halangilah jalanku ke arah reda-Nya, pasti akan kutempuh jua.
Aku perempuan yang bukan begitu mudah untuk patah semangat.. Aku perempuan yang tidak takut dengan helah palsu kerana aku punya Dia! Kebenaran pasti tertegak!

Hasbee Rabbee. Maa fee qalbee ghairullah.

Cukuplah Allah bagiku. Tiada dalam hatiku selain Allah.

Tatkala perempuan lain megah memaparkan gambar di Facebook. Aku mengatakan. Itu bukan aku.
Kerana aku perempuan yang punya maruah. Allah menganugerahkan kecantikan dan kelebihan tersendiri pada tiap-tiap insan bernama wanita.
Oh, bukan untuk dijadikan bahan jajaan mata lelaki bernafsu. Tetapi, khazanah yang perlu disimpan hingga waktunya tiba. Hanya buat suamiku. Aku tidak akan sesekali menghampakan dia.
Aku bangga memperjuangkan pakaian sunnah. Aku bangga mengenakan busana yang menepati kehendak Allah. Aku bangga menutup keseluruhan auratku daripada menjadi panahan mata lelaki. Biar mereka memandang serong.
Tidak pernah tergugat usahaku dalam mendamba reda-Nya. Sedikitpun aku tidak peduli pandangan manusia. Ya, mengapa harus peduli sedangkan Dia adalah Pencipta?
Aku langsung tidak ingin kelihatan cantik di mata ribuan lelaki. Aku langsung tidak ingin menjadi rebutan jejaka kacak atas mata yang hanya memandang kecantikan. Aku langsung tidak ingin sang pria menaruh hati dan harapan kepadaku kerana rupa.
Aku tidak mahu menjadi fitnah bagi mereka. Aku tidak mahu mereka sibuk memikirkan aku melebihi Al-Khaliq Sang Pencipta. Kerana aku tidak tahu alasan apa yang harus ku utarakan saat Dia bertanya kelak.
Malah apabila aku menjadi punca dua jejaka bermasam muka dan bergaduh, aku terasa begitu hina! Seolah-olah aku hanyalah barang yang bisa dibeli begitu sahaja. Aku punya maruah. Aku bukan barang jajaan yang mudah dilihat, disentuh, diusik, direbut sesuka hati! Kerana aku hanya khusus buat dia.
Kerana aku sentiasa merasakan dia ada di sisi walaupun pada mata kasarnya dia tiada menemani. Hanya keyakinan aku sandarkan pada-Nya dalam sebuah penantian. Itu sahaja sudah cukup. Cukup buat aku bahagia dengan dia, takdirku kelak.
Malah aku malu membiarkan seorang lelaki ajnabi berjalan di belakangku lantaran fitnah yang mungkin timbul. Mengingatkanku kepada apa yang dikatakan oleh Saidina Umar radhiallahu 'anhu, "Aku lebih rela berjalan di belakang seekor singa daripada berjalan di belakang seorang wanita."
Aku mahu menjadi perempuan yang sukar. Sukar didekati. Sukar dipermainkan hatinya. Sukar tunduk kepada kehendak nafsu. Sukar mengatakan ya kepada pergaulan yang tiada batasan syarak.
Sukar untuk merasa tenang apabila melihat anak bangsa semakin rosak. Sukar membuang perasaan malu terhadap ajnabi. Aku mahu jadi perempuan yang sukar itu. Aku mahu menjadi sebaik-baik wanita yang tidak memandang dan tidak dipandang. Seperti pesanan Saidatina Aisyah radhiallahu 'anha. Ini baru aku.

Tatkala perempuan lain sibuk memikirkan cinta manusia. Aku mengatakan. Itu bukan aku.

Kerana aku perempuan yang punya matlamat. Aku punya agama yang mesti aku perjuangkan. Lihat! Cubalah lihat di luar
sana! Sedih! Aku sayangkan wanita di luar sana! Anak-anak remaja perempuan yang berpakaian mendedahkan aurat.
Sedih! Aku sayang mereka! Wanita yang asyik memikirkan kapan bila mahu bertemu pacarnya.Sedih! Aku sayang mereka! Perempuan yang membonceng motosikal lelaki dan dijadikan hadiah pertaruhan lumba haram. Sedih! Aku sayang mereka! Wanita yang telah dinodai kehormatannya dengan rela!
Sememangnya aku perempuan, aku juga punya rasa. Menyayangi dan disayangi. Namun aku tidak akan begitu mudah tertipu. Kerana aku tidak begitu bodoh untuk menghabiskan masa dengan memikirkan perkara yang tidak pasti.
Hanya angan-angan sementara. Aku bukan perempuan yang menghabiskan masanya sering memikirkan masalah sendiri dan tidak memikirkan kudis yang semakin membusuk pada umat! Aku tidak mahu menjadi perempuan yang mementingkan diri sendiri.

Tatkala perempuan lain sibuk menunggu dan membalas SMS cinta. Aku mengatakan. Aku bukan begitu.

Kerana aku perempuan yang punya hala tuju. Aku tidak akan membazirkan masa mudaku untuk perkara yang langsung
tidak bermanfaat untuk akhirat! Hanya keseronokan sementara. Hanya mengenyangkan nafsu.
Oh, aku bukan begitu. Kerana aku mahu sibuk menelaah ilmu. Menggali ilmu Fardu Ain dan juga yang berkaitan dengan hukum syarak. Menjadi seorang wanita yang beramal dengan ilmunya.
Mencontohi Saidatina Aisyah a.s yang cukup cerdas dan cerdik dalam mengeluarkan fatwa. Sehingga menjadi antara rujukan dalam urusan berkaitan hal ehwal masyarakat dan hukum hakam. Itu semua berdasarkan ilmunya.
Sehingga membawa aku untuk berfikir sejenak. Alangkah bodohnya diri andai melayan cinta palsu yang berlandaskan nafsu sedangkan terlalu banyak ilmu yang belum aku teroka.
Aku tidak suka melayan perasaan yang sia-sia sedangkan 'dia' telah ditakdirkan buatku. Aku mahu menjadi perempuan yang matang dengan ilmunya. Dengan ilmunya makin terasa manis akan ibadat. Makin terasa semakin dekat dan erat dalam dakapan kasih Allah. Dengan ilmu yang mewujudkan perasaan khauf, takutkan Allah.

Tatkala perempuan lain ada yang materialistik terhadap wang. Aku mengatakan. Aku bukan begitu.

Kerana aku perempuan yang materialistik terhadap pahala. Mahu akaun akhirat kaya dengan amal soleh. Setiap detik bagiku amat berharga untuk aku lakukan sesuatu yang dipandang oleh-Nya. Kerana aku mahu menjadi wanita syurga! Itu bukan sekadar madah penyedap kata. Bukan sekadar omong kosong. Ini cita-cita tertinggi aku.
Kerana aku perempuan yang berfikiran jauh. Berpandangan jauh ke hadapan. Aku benar mahu cinta-Nya. Terkadang aku terfikir. Andai aku di tempat Masyitah yang dipaksa terjun ke dalam minyak panas semata-mata untuk mempertahankan keimanan, apakah aku kuat sepertinya? Atau mungkin aku akan lari atau mungkin aku akan... entah. Aku menangis...
Aku mahu seperti Rabi'ah al-Adawiyah. Cintanya terhadap Kekasih Agung begitu mengagumkan. Sehingga dengan ujian dia merasa gembira. Benar reda dan tidak merungut walaupun ditimpa musibah. Diculik dan menjadi hamba kepada raja yang zalim.
Apakah aku mampu seperti sufi wanita ini. Yang memperkenalkan apa itu falsafah Cinta Ilahi sehingga tiada cinta manusia di hatinya kerana cintanya yang terlalu mendalam terhadap Yang Satu. Tetapi aku... Aku menangis lagi..
Aku menangis.. Menangis.. Menangis.. Namun, tangisan ini membuatkan aku kembali kuat. Menyedarkan aku daripada lamunan. Kerana aku bukan perempuan yang mudah menyerah kalah! Allahuakbar! Aku tidak kenal erti jatuh yang tidak bangun. Aku bukan perempuan yang begitu. Lembik. Lemah!
Aku bukan perempuan lembik yang lemah. Mengada-ngada. Tidak mampu untuk hidup berdikari dan yang hanya bergantung kepada orang lain. Aku bukan perempuan yang penakut dan pengecut! Aku bukan perempuan yang mudah kalah terhadap cabaran!
Aku mahu menjadi perempuan yang lembut. Yang mempunyai hati yang kuat. Yang tidak lari daripada cabaran dunia tetapi menghadapinya dengan berani. Dengan bersandarkan keyakinan Dia sentiasa di sisi, aku tidak akan takut menegakkan kebenaran. Mempunyai hati yang bisa dilentur namun tak mudah untuk dipatahkan. Aku perempuan yang mampu berpijak atas kaki sendiri.
Akan ku kesat air mata ini dengan semangat baru. Semangat yang lahir dari kekuatan yang dihembus-Nya. Aku tidak akan begitu mudah menurut kata nafsu. Aku perempuan yang ditarbiyah. Mampu mempertahankan maruah sendiri daripada tergadai oleh godaan duniawi. Aku ada Dia. Cukup.

Aku tidak mahu neraka. Aku mengatakan. Itu bukan aku. Kerana aku perempuan yang mahukan
syurga.

"Barang siapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia akan memasukkannya ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Dan itulah kemenangan yang agung."
[An-Nisa', 4 : 13]



Senin, 18 Juli 2011

--Hadits2 keutamaan Bulan Sya'ban Dloif-Maudlu--


Yang laris tapi keliru di bulan Sya'ban (Hadits-hadits lemah dan palsu seputar bulan Sya'ban)
Saif Al Battar
Sabtu, 16 Juli 2011 23:38:21
Hits: 3323

Di tengah masyarakat kita beredar banyak hadits-hadits lemah dan palsu seputar keutamaan ibadah pada bulan Sya’ban. Hadits-hadits tersebut menyebar lewat berbagai cara. Mulai dari ceramah para khathib, tulisan di buku, majalah, situs, blog, jejaring sosial, hingga sms. Berikut ini kami tuliskan contoh kecil dari sebagian hadits lemah dan palsu tersebut  agar diketahui bersama oleh kaum muslimin.

  

Oleh: Muhib Al Majdi / Arrahmah.com

Hadits-hadits tentang puasa sunah di bulan Sya’ban
Hadits pertama

 عن عائشة، عن رسول الله  صلى الله عليه وسلم  :”شعبان شهري و رمضان شهر الله وشعبان المطهر ورمضان المكفر” . 
موضوع –  
Dari Aisyah dari Rasulullah SAW bersabda, “Sya’ban adalah bulanku dan Ramadhan adalah bulan Allah. Sya’ban adalah (bulan) yang mensucikan dan Ramadhan adalah bulan yang menghapuskan (dosa-dosa).”
Ini adalah hadits palsu. Imam Al-‘Ajluni berkata: Hadits ini diriwayatkan oleh Ad-Dailami dari Aisyah secara marfu’. Ibnu Al-Ghars berkata: Guru kami berkata hadits ini dha’if. (Kasyful Khufa’ wa Muzilul Ilbas, juz 2 hlm. 13 no. 1551).
Imam Al-Munawi berkata dalam Faidhul Qadir Syarh Jami’ Shaghir :Di dalam sanadnya ada Hasan bin Yahya Al-Khusyani. Imam Adz-Dzahabi berkata:Imam Ad-Daruquthni mengatakan ia perawi yang matruk (ditinggalkan haditsnya, yaitu tertuduh memalsukan hadits).Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani melemahkannya dalam Dha’if Jami’ Shaghir no. 3402.
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ibnu ‘Asakir dalam Tarikh Dimasyqa dan Ad-Dailami dari Aisyah secara marfu’ dengan lafal: ”Bulan Ramadhan adalah bulan Allah dan bulan Sya’ban adalah bulanku. Sya’ban adalah (bulan) yang mensucikan dan Ramadhan adalah (bulan) yang menghapuskan (dosa-dosa).” Sanadnya sangat lemah sebagaimana dijelaskan oleh syaikh Al-Albani dalam Dha’if Jai’ Shaghir no. 34119.
Hadits kedua
وروي عن أنس، عن رسول الله  صلى الله عليه وسلم : “رجب شهر الله وشعبان شهري ورمضان شهر أمتي”.
Dari Anas dari Rasulullah SAW bersabda: “Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku.”
Ini adalah hadits palsu. Imam Al-‘Ajluni berkata: “Diriwayatkan oleh Ad-Dailami dan lainnya dari Anas secara marfu’. Namun Imam Ibnu Jauzi menyebutkannya dalam kitab Al-Maudhu’uat (hadits-hadits palsu), demikian pula al-hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam bukunya Tabyinul ‘Ajab fi maa Warada fi Rajab.” (Kasyful Khafa’ juz 2 hlm. 510 no. 1358).
Hadits ketiga
وسئل النبي  صلى الله عليه وسلم  أي الصوم أفضل بعد رمضان قال : “شعبان لتعظيم رمضان” قال في أي الصدقة أفضل ؟ قال : ” صدقة في رمضان “
Nabi SAW ditanya tentang puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan, maka beliau SAW menjawab, “(Puasa) Sya’ban karena untuk mengagungkan (puasa) Ramadhan.” Beliau SAW juga ditanya tentang sedekah yang paling utama, maka beliau SAW menjawab, “Sedekah di bulan Ramadhan.”
Dinyatakan lemah oleh syaikh Al-Albani dalam Dha’if At-Targhib wat Tarhib no. 618.
وفي رواية : عن أنس مرفوعاً : “أفضل الصيام بعد رمضان شعبان”. –
Dalam riwayat lain dari Anas secara marfu’ dengan laafal: ”Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah puasa Sya’ban.”
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari juz 4 hlm. 152-154 mengatakan: “Sanadnya dha’if.”
Hadits keempat
عن أنس : “إنما سمي شعبان لأنه يتشعب فيه خير كثير للصائم فيه حتى يدخل الجنة”
Diriwayatkan dari Anas berkata:”Bulan ini disebut Sya’ban karena di dalamnya kebaikan bercabang demikian banyak bagi orang yang berpuasa sunnah segingga ia masuk surga.”
Ini adalah hadits palsu. Diriwayatkan oleh Al-‘Iraqi dalam Tarikh Qazwin dengan lafal di atas dan Abu Syaikh bin Hibban dengan lafal: “Tahukah kalian kenapa bulan ini disebut Sya’ban?…” Syaikh Al-Albani menyatakan hadits ini palsu dalam Dha’if Jami’ Shaghir no. 2061.  
Hadits kelima
 وعن زيد العمي عن يزيد الرقاشي عن يروي بن مالك قال قال النبي  صلى الله عليه وسلم  : “خيرة الله من الشهور شهر رجب وهو شهر الله من عظم شهر رجب فقد عظم أمر الله ومن عظم أمر الله أدخله جنات النعيم وأوجب له ، وشعبان شهري فمن عظم شعبان فقد عظم أمري ومن عظم أمري كنت له فرطا وذخرا يوم القيامة ، وشهر رمضان شهر أمتي فمن عظم شهر رمضان وعظم حرمته ولم ينتهكه وصام نهاره وقام ليله وحفظ جوارحه خرج من رمضان وليس عليه ذنب يطلبه الله به” . منكر –
Dari Zaid al ’ama dari Yazid Ar-Raqasyi dari Yarwi bin Malik berkata: Nabi SAW bersabda: ”Bulan Allah yang paling baik adalah bulan Rajab karena ia adalah bulan Allah. Barangsiapa mengagungkan bulan Rajab berarti ia telah mengagungkan perkara Allah.Dan barangsiapa mengagungkan perkara Allah maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga yang penuh kenikmatan dan hal itu pasti baginya. Sya’ban adalah bulanku, maka barangsiapa mengagungkan bulanku berarti telah mengagungkan perkaraku. Dan barangsiapa mengagungkan perkaraku maka aku menjadi pendahulu dan simpanan pahala baginya pada hari kiamat. Adapun bulan Ramadhan adalah bulan umatku. Barangsiapa mengagungkan bulan Ramadhan, memuliakan kehormatannya tanpa melanggarnya, berpuasa di siang harinya, shalat (tahajud dan witir) pada malam harinya dan menjaga anggota badannya (dari perbuatan dosa) maka ia keluar dari bulan Ramadhan tanpa memiliki sedikit pun dosa yang akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah.”
Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman juz 3 hlm. 374 no. 3813. Imam Ahmad bin Hambal berkata: Sanad hadits ini sangat mungkar (lemah sekali).
Hadits keenam  
عن أنس : “أفضل الصوم بعد رمضان شعبان لتعظيم رمضان و أفضل الصدقة صدقة في رمضان.”
Dari Anas berkata: “Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah puasa Sya’ban untuk memuliakan Ramadhan dan sedekah yang paling utama adalah sedekah di bulan Ramadhan.”
Imam Al-Munawi berkata: Hadits ini diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan ia menganggapnya hadits gharib, dan juga diriwayatkan oleh Al-Baihaqi. Keduanya meriwayatkan dari jalur Shadaqah bin Musa dari Tsabit dari Anas. Imam Adz-Dzahabi dalam kitab Al-Muhadzab mengatakan: Para ulama menyatakan Shadaqah (bin Musa) adalah perawi yang lemah.” Syaikh Al-Albani juga melemahkannya dalam Dha’if Jamii’ Shaghir no. 1023.
Hadits-hadits Lemah dan Palsu tentang Keutamaan Malam Nishfu Sya’ban
Di antaranya adalah sebagai berikut:
Hadits pertama
Dari Aisyah bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:
” أتاني جبريل عليه السلام فقال هذه ليلة النصف من شعبان , ولله فيها عتقاء من نار بعدد شعور غنم بني كلب لا ينظر الله فيها إلى مشرك ولا إلى مشاحن ولا إلى قاطع رحم ولا إلى مسبل ولا إلى عاق لوالديه ولا إلى مدمن خمر ” . ضعيف جداً -
Nabi SAW bersabda: “Malaikat Jibril mendatangiku dan berkata: Ini adalah malam nishfu (pertengahan) Sya’ban, pada malam ini Allah membebaskan dari neraka (manusia) sejumlah bulu kambing suku Kalb. Pada malam ini pula Allah tidak mau melihat kepada orang msyrik, orang yang bermusuhan (dengan sesama muslim), orang yang memutuskan tali kekerabatan, orang yang memanjangkan kainnya melebihi mata kaki, orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, dan pecandu minuman keras.” Hadits ini lemah sekali.
Dalam riwayat lain dengan lafal sbb:
عن عائشة : “إذا كان ليلة النصف من شعبان يغفر الله من الذنوب أكثر من عدد شعر غنم كلب”
Hadits dari Aisyah dengan lafal: Jika malam nishfu (pertengahan) Sya’ban maka Allah mengampuni dosa-dosa lebih banyak dari jumlah bulu kambing suku Kalb (sebuah suku Arab ‘Aribah di negeri Syam).” Syaikh Al-Albani menyatakan sanadnya lemah dalam Dha’if Jami’ Shaghir no. 654.
Dalam riwayat yang lain dengan lafal:
إن الله تعالى ينـزل ليلة النصف من شعبان إلى سماء الدنيا فيغفر لأكثر من عدد شعر غنم كلب
“Sesungguhnya Allah SWT turun pada malam nishfu Sya’ban ke langit dunia maka Allah mengampuni (hamba-Nya) lebih banyak dari jumlah bulu kambing suku Kalb.”
Ini adalah hadits palsu.
Imam Al-Munawi dalam Faidhul Qadir berkata: Hadits ini diriwayatkan oleh imam Ahmad dan Tirmidzi dalam kitab shaum, juga Al-Baihaqi dalam kitab ash-shalat dari jalur Hajaj bin Arthah dari Yahya bin Abi Katsir dari Urwah dari Aisyah. Imam Tirmidzi berkata: Hadits ini tidak dikenal kecuali dari jalur Hajaj. Aku telah mendengar imam Muhammad (bin Ismail) yaitu imam Al-Bukhari melemahkan hadits ini  dengan mengatakan: Yahya tidak mendengar hadits ini dari Urwah dan Hajaj tidak mendengarnya dari Yahya.”
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah dengan sanad yang sama sehingga nilainya juga hadits palsu.
Imam Ad-Daruquthni berkata: Sanadnya mudhtarib (goncang) tidak shahih. Imam Al-‘Iraqi berkata: Imam Al-Bukhari melemahkan hadits ini karena sanadnya terputus pada dua tempat dan ia menyatakan tidak ada satu pun sanad hadits ini yang shahih. Imam Ibnu Dihyah berkata: Tidak ada satu pun hadits tentang malam nishfu Sya’ban yang shahih dan tidak ada seorang pun perawi yang jujur meriwayatkan hadits tentang shalat sunah (malam nishfu Sya’ban). Hal itu hanya diada-adakan oleh orang yang mempermainkan syariat nabi Muhammad SAW dan senang memakai pakaian Majusi.” (Dha’if Jami’ Shaghir no. 1761).
Hadits kedua
عن أبي أمامة : “خمس ليال لا ترد فيهن الدعوة  :  أول ليلة من رجب و ليلة النصف من شعبان و ليلة الجمعة و ليلة الفطر و ليلة النحر”. موضوع
Dari Abu Umamah bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: Lima malam yang pada saat tersebut doa tidak akan ditolak oleh Allah; malam pertama bulan Rajab, malam nishfu Sya’ban, malam Jum’at, malam idul Fitri, dan malam idul Adha.”
Ini adalah hadits palsu.
Imam Al-Munawi dalam Faidhul Qadir menulis: “Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu ‘Asakir dan Ad-Dailami dari jalur Abu Umamah. Juga diriwayatkan oleh Al-Baihaqi, Ibnu Nashir, dan Al-‘Askari dari jalur Ibnu Umar. Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata: Semua jalur hadits ini cacat.”Syaikh Al-Albani menyatakan hadits ini palsu dalam Dha’if Jami’ Shaghir no. 2852.
Hadits ketiga
عن علي عن رسول الله  صلى الله عليه وسلم  : “إذا كانت ليلة نصف شعبان فقوموا ليلها ،وصوموا يومها ؛فإن الله تبارك وتعالى ينـزل فيها لغروب الشمس إلى السماء الدنيا فيقول : ألا من مستغفرٍ فأغفر له ؟ ألا من مسترزقٍ فأرزقه ؟ ألا من مبتلى فأعافيه ؟ ألا سائل فأعطيه  ؟  ألا كذا ألا كذا ؟حتى يطلع الفجر”.
Dari Ali bin Abi Thalib berkata: Rasulullah SAW bersabda: Jika malam nishfu Sya’ban maka hendaklah kalian shalat malam dan berpuasa di siang harinya karena sesungguhnya Allah SWT turun ke langit dunia pada malam itu sejak matahari tenggelam. Allah berfirman: Adakah orang yang meminta ampunan sehingga Aku pasti mengampuninya? Adakah orang yang meminta rizki sehingga Aku pasti memberinya rizki? Adakah orang yang terkena musibah sehingga Aku pasti menyembuhkannya? Adakah orang yang meminta sehingga Aku pasti akan memberinya? Adakah orang yang begini? Adakah orang yang begitu? Demikianlah sampai terbit fajar.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah. Ini adalah hadits palsu.
Al-Hafizh Al-Bushiri dalam Misbahuz Zujajah fi Zawaid Ibni Majah menulis: Sanadnya lemah karena kelemahan Ibnu Abi Sabrah, nama lengkapnya adalah Abu Bakar bin Abdullah bin Muhammad bin Abi Sabrah.Imam Ahmad bin Hambal dan Yahya bin Ma’in berkata: Ia adalah seorang pemalsu hadits.
Syaikh Al-Albani menyatakan hadits ini palsu dalam Dha’if Jami’ Shaghir no. 652 dan Dha’if Targhib wat Tarhib no. 623.
Hadits Keempat
“في ليلة النصف من شعبان يوحي الله إلى ملك الموت يقبض كل نفس يريد قبضها في تلك السنة”  ..
“Pada malam nishfu Sya’ban, Allah mewahyukan kepada malaikat maut untuk mencabut nyawa setiap jiwa yang hendak dicabutnya pada tahun tersebut.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Ad-Dainuri dalam Al-Mujalasah dengan sanad dha’if, karena sanadnya terputus, yaitu perawi Rasyid bin Sa’ad meriwayatkan secara mursal.
Dinyatakan lemah oleh syaikh Al-Albani dalam Dha’if Jami’ Shaghir no. 4019 dan Dha’if Targhib wat Tarhib no. 620.
Hadits kelima
وفي رواية عن أبي موسى: “إن الله تعالى ليطلع في ليلة النصف من شعبان فيغفر لجميع خلقه إلا لمشرك أو مشاحن” .
Dari Abu Musa Al-Asy’ari bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah memeriksa hamba-hamba-Nya pada malam nishfu Sya’’ban maka Allah mengampuni semua hamba-Nya kecuali orang musyrik atau orang yang bermusuhan.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah dengan sanad sangat lemah. Al-Hafizh Al-Bushiri berkata dalam Misbahuz Zujajah fi Zawaid Ibni Majah: Sanadnya lemah karena kelemahan perawi Abdullah bin Lahi’ah dan tadlis perawi Walid bin Muslim. Imam Al-Mundziri juga menyebutkan kelemahan lain, yaitu perawi Dhahak bin Abdurrahman bin ‘Arzab tidak bertemu dengan Abu Musa Al-‘Asy’ari. (Sunan Ibnu Majah juz 2 hlm. 86 – cet. Dar Ibni Haitsam)
Tidak ada shaum sunnah setelah nishfu Sya’ban
لا صيام بعد النصف من شعبان حتى يدخل رمضان
Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada puasa sunnah setelah pertengahan Sya’ban sampai masuk bulan Ramadhan.”
Dan dalam riwayat lain:
إذا انتصف شعبان فلا تصوموا حتى يكون رمضان
“Jika telah lewat pertengahan Sya’ban maka janganlah kalian berpuasa sampai datang Ramadhan.”
Hadits ini diriwayatkkan oleh Abu Daud, At-Tirmidzi, An-Nasai, Ibnu Majah dan Ahmad. Imam Abdurrahman bin Mahdi, Yahya bin Ma’in, Ahmad bin Hambal, Abu Zur’ah Ar-Razi dan lainnya menyatakan bahwa hadits ini munkar (sangat lemah).  
Semoga Allah memuliakan kita dengan amalan-amalan sunnah yang di ajarkan oleh Rasulullah saw, dan menjauhkan kita dari hal-hal baru dalam dien ini atau lebih dikenal sebagai bidaah. Semoga Allah membukkan mata dan hati kita dengan menerima kebenaran dan al haq tanpa ragu untuk meninggalkan kebatilan dan kerancuan, Insya Alah, Allahumma Amien.

Jumat, 15 Juli 2011

•♥• 30 Kesalahan Dalam Shalat•♥•


Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum ikhwah fillah,, kaifa hal? maadza ta'malul aana fii baituki? wah kebetulan nih, malam ini ana lagi OL-an FB, kebetulan nemu postingan ini di facebook, langsung aja deh chekidout (pdhal tulisannya bukan kaya gini ye... !!?? hhe... :D)  entri di mari... 

oya by the way, kalian tahu tdk bukan garapan atau kluaran terbaru thn 2010 kmrn yang diterbitkan dari pak Aam Amiruddin?? buku menanyakan kpd kita, "SUdah benarkah sholatku??" pasti tahu kan?? yah,, memang sesungguhnya manusia tak lepas dari salah, namanya jga "kamu juga manusia... aku juga manusia... hhe... :D" tapi alngkah baiknya kita melakukan sembahyang sesempurna mungkin,, pastinya sesuai contohan dri nabi idola kita Nabi Muhammad SAW.... ^_^ 

oya ane buru2 nih nulisnya,,, udah aja ada ngebukanya sampe sini aja ya?? intinya langsung aja baca ke bawah,, okeh...??? sip lah (bisa mandiri kan???kagak usah ditemenin sgala sma ane,, ok-ok??? bye,, ilalliqo yaa ikhwah fillah... ;) masa'ul khoyr..... Ana UHIBBUKUM FILLAH... :) :) {met baca!!!, yang serius sembari diresapi,, wokeh..???}

"Sesungguhnya yang petama kali akan dihisab atas seorang hamba pada hari kiamat adalah perkara shalat. Jika Shalatnya baik, maka baikpula seluruh amalan ibadah lainnya, kemudian semua amalannya akan dihitung atas hal itu." (HR. An Nasa'I : 463)

1. Menunda–nunda Shalat dari waktu yang telah ditetapkan
2. Tidak shalat berjamah di masjid bagi laki-laki
3. Tidak tuma'minah dalam shalat4. Tidak khusu' dalam shalat, dan melakukan gerakan-gerakan yang berlebihan di dalamnya.
4. Tidak khusu' dalam shalat, dan melakukan gerakan-gerakan yang berlebihan di dalamnya.
5. Sengaja mendahului gerakan iman atau tidak mengikuti gerakan-gerakannya.
6. Berdiri untuk melngkapi rakaat yang tertinggal sebelum imam menyelesaikan tasyahud akhir dengan mengucap salam ke kiri dan kekanan
7. Melafadzkan niat (Membaca ushalli..dst)
8. Membaca Al-Qur'an dalam ruku' atau selama sujud.
9. Memandang keatas selama shalat atau melihat ke kiri dan ke kanan tanpa alasan tertentu.
10. Melihat ke sekeliling tanpa ada keperluan apapun.


11. Seorang wanita yang tidak menutupi kepala dan kakinya dalam shalat.
12. Berjalan di depan orang yang shalat baik orang yang dilewati di hadapanya itu sebagai imam, maupun sedang shalat sendirian dan melangka (melewati) di antara orang selama khutbah shalat Jum'at
13. Tidak mengikuti imam (pada posisi yang sama) ketika datang terlambat baik ketika imam sedang duduk atau sujud.
14. Seseorang bermain dengan pakaian atau jam atau yang lainnya.
15. Menutup mata tanpa alasan
16. Makan atau minum atau tertawa.
17. Mengeraskan suara hingga mengganggu orang-orang di sekitarnya
18. Menyela di antara orang yang sedang shalat. Maksudnya berjalan di antara celah orang yang shalat
19. Tidak meluruskan shaf.
20. Mengangkat kaki dalam sujud.


21. Meletakkan tangan kiri dia atas tangan kanan dan memposisikannya di leher tangan.
22. Tidak berhati-hati untuk melakukan sujud dengan tujuh angota tubuh(seperti dengan hidung, kedua telapak tangan, kedua lutuk dan jari-jari kedua telapak kaki).
23. Menyembunyikan persendian tulang dalam shalat.
24. Membunyikan dan mepermainkan antar jari-jari (tasbik) selama dan sebelum shalat.
25. Menjadikan seseorang sebagai imam, padahal tidak pantas, dan ada orang lain yang lebih berhak.
26. Wanita masuk ke masjid dengan mempercantik diri atau memakai harum-haruman.
27. Shalat dengan pakaian yang bergambar, apalagi gambar makhluk bernyawa.
28. Shalat dengan sarung, gamis dan celana musbil melebihi mata kaki).
29. Shalat di atas pemakaman atau menghadapnya.
30. Shalat tidak menghadap ke arah sutrah (pembatas).

Yukkk....perbaiki shalat kita... ^_^